PUTRI RAJA
Oleh : Desta Hawa
Disuatu tempat ada sebuah kerajaan yang sangat luas. Di kerajaan
itu terdapat raja dan ratu yang belum memiliki keturunan. Hingga suatu hari
raja memutuskan bertapa di gua yang berada didalam hutan untuk meminta
keturunan.
Tak terasa raja sudah bertapa lebih dari satu tahun. “aku berharap
setelah aku kembali kekerajaan istriku sudah mengandung keturunanku” batinnya.
Sesampai di kerajaan raja sangat terkejut ternyata doanya selama ini terkabul
setelah melihat istrinya yang sedang mengandung lima bulan dari keturunan
pertama raja. Namun, raja tak mengetahui jika ratu memiliki kandungan yang
sangat lemah. Ratu dengan hati–hati menjaga kehamilan pertamanya karena tidak
ingin raja kecewa dengannya. Setelah sembilan bulan akhirnya ratu melahirkan
seorang putri kecil yang diberi nama Maycha.
“Ampu rajaaa, ra ... ra... ratu” teriak prajurit dengan nafas
terengah – engah.
“kenapa? Apa yang terjadi dengan ratu?” wajah raja mendadak lesu
setelah mendengar ratu meninggal setelah melahirkan putri kecilnya. Entah perasaan
apa yang harus diungkapkan raja saat ini karena dia kehilangan istri namun dia
juga mendapatkan kebahagiaan dari putri kecil.
Waktu semakin berlalu putri pun tumbuh menjadi gadis kecil yang
cantik. Dia tak pernah kekurangan kasih sayang meskipun dia tak pernah
mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu karena dia selalu mendapatkan kasih
sayang yang lebih dari raja. Suatu hari raja mengajak putri mengunjungi makam
ratu.
“Bunda, pulang dong !. Maycha pengen dipeluk bunda.” Ucap putri
sambil meneteskan air mata. Tiba–tiba terasa seperti ada tangan
yang memelukknya dari belakang yang menghancurkan lamunannya. “Hah... siapa
yang peluk aku? Pelukkannya terasa hangat.” Gumamnya dengan
keheranan. Dari kejauhan Raja melihat bayangan putih berada dibelakang putri.
Mengetahui keanehan dari putrid beliau bergegas menghampiri putrid.“pu ... putriku?” dengan penuh kekhawatiran rajapun mengajak putri untuk kembali pulang
keistana.
“hey pelayan, tolong segera mandikan
putriku!” teriak raja dari depan pintu kamar putri kepada pelayan istana. Namun
saat pelayan ingin membantu tuan putri melepas pakaiannya. Putri malah
menolaknya “aku tidak mau mandi.” Bentaknya dengan keras. “baiklah, biarkan
saja dia disana, nanti saya saja yang memandikannya.” Sahut raja dengan menghela
nafas panjang.
****
Hari semakin berlalu, putripun beranjak
remaja. Namun, bukan semakin dewasa putrid malah terlihat semakin manja dengan
raja.
“ayah, aku mau baju baru sekarang !” teriaknya
sambil melempar baju di depan raja yang sedang duduk santai di balkon kamarnya.
Raja hanya menghela nafas dan menganggukkan kepala. “semakin hari, meyca
semakin manja dan berani denganku. Aku tidak bisa mendiamkan dia begitu terus.”
Batin raja.
Saat putri sedang tidur siang raja memasuki
kamar utri dan memotong rambutnya. “semoga dengan memotong rambutnya dia bisa
menyadari perbuatannya”. Menjelang sore sang putri baru bangun dari tidurnya.
Betapa terkejutnya tuan putri melihat rambutnya yang berbeda.”Aaa…paa !! kok
rambutku jadi begini?”. Mendengar teriakan tuan putri dari dalam kamarnya semua
pelayan dan raja bergegas menghampiri tuan putri.
“ayah, lihatlah rambutku? Apa yang terjadi padaku?”
“kamu pantas menerimanya
putriku?”
“kenapa ayah berkata seperti itu? Memangnya salahku apa ayah?”
“sebagai putri raja yang akan menjadi penerus raja kamu sudah bersikap
tidak sopan terhadap ayah.”mendengar penjelas raja putri langsung menunduk
lesu.
“ahh, bodoh sekali aku.” Gumamnya dengan memukul-mukul keningnya.
Putri bergegas menghampiri dan memeluk raja.
“ayah, maafkan maycha ya…? Maycha sudah keterlaluan sama ayah.” Raja hanya
membalas dengan senyuman haru dengan tangan yang terus mengelus kepala putri. Putri
sangat menyesali perbuatannya hingga membuatnya ingin keluar istana untuk
merenungi kesalahannya. “ayah, bolehkah aku keluar istana? Aku merasa berasalah
dengan ayah, aku ingin merenungi kesalahanku.” Lanjutnya. “jika memang kamu
menyadari kesalahanmu, maka pergilah nak.” Mendengar perkataan raja, putri
langsung melepaskan pelukannya dan beranjak untuk membereskan semua
barang-barangnya.
Raja menatap haru putri yang sedang sibuk
menyiapkan barang-barangnya. “istriku, liatlah anakmu sudah menjadi putri yang
cantik sekarang.” Gumam raja dalam hati. Lamunan raja pecah saat putri kembali
menghampirinya.
“ayah, maycha pamit ya?”
“iya, hati-hati ya putriku. Jaga diri baik-baik.” Tangannya mengelus
lengan putri. Putri hanya tersenyum halus kepada raja. Ketika raja hendak
meminta pengawal untuk menemani putri keluar istana. Putri dengan tegas menolak
pengawal untuk menemaninya. Dia kembali meyakinkan raja untuk keluar istana
sendiri tanpa pengawalan dari istana. Meskipun dengan berat hati raja akhirnya
membiarkan putri keluar istana sendiri. Putripun bergegas pergi keluar istana
menyusuri lorong-lorong istana dengan melihat penghormatan dari para pengawal
yang sudah menantinya ditepi-tepi lorong istana.
Ditengah perjalanan
putri melihat ada seekor kelinci yang terjepit dahan kayu. Putri sangat kasihan
melihatnya. Ia mencoba menolong kelinci itu. Namun, dari kejauhan terlihat
seorang pangeran yang sedang mengintip putri dibalik semak-semak.”waahh,
kelinci ini ternyata manis sekali!” ujar putri setelah berhasil menolong
kelinci itu. “ya iyalah manis, itukan kelinci kesayanganku !.” sahut pangeran
yang menghampiri putri dari balik semak-semak. “eh, copoot !!!” putri
terperanjat dengan kedatangan pangeran yang tiba-tiba.
“e… eh, i.. ini kelincimu?” Tanya putri dengan gagap.
“iya itu kelinciku, aku sudah mencarinya dari tadi.”
“ooh, em.. maaf tadi aku lihat kelinci ini terjepit di dahan pohon itu,
makanya aku tolongin sekalian obatin kelinci ini. Kasihan…” tangannya yang
terus mengelus kepala kelinci.
“terimakasih sudah nolongin Muya.”
“mu,muyaa?” alisnya mengkerut berusaha meminta penjelas dari pangeran.
“iya, kelinci itu namanya muya.”
Putri mengembalikan muya pada pangeran.
Kemudian meninggalkan pangeran dengan kucingnya. Namun, pangeran berlari
mengekor dibelakang putri. Menyadari pangeran membuntutinya lantas putri
mengajaknya berjalan bersama. “emm, apa yang kamu lakukan di hutan seperti ini?
Tanya pangeran untuk mencairkan kecanggungan antara mereka. Putri hanya
menunduk dan terdiam sejenak. “aku ingin merenungkan kesalahanku disini.” Jawab
putri dengan pelan. Lalu ia mengalihkan pembicaraan dengan meminta untuk
menggendong kuncing itu kembali. Dengan senang hati pangeran memberikan kucing
itu pada putri. Mereka begitu menikmati perjalanan ditengah hutan. Tanpa ada
canggung sedikitpun.
Bersambung…
Tentang penulis